TUGAS KELOMPOK SINTAKSIS
Frasa Nominal dalam Bahasa Banjar Samarinda
(Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)
Dosen Pembimbing : Ermawati S, S.Pd., M.A
Disusun Oleh
Kelompok 9 : Risa Augustin Pragielda
Roza Safitri
Sri Sarpika
Sunarto
Windy Yolanda
Zukriadi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis
ucapkan kepada Allah Swt. sebagai kewajiban seorang hamba kepada Sang Kholiq atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berupa pembahasan dari jurnal yang
berjudul “Frasa Nominal dalam Bahasa Banjar Samarinda (Suatu Kajian Konseptual
Morfo-Sintaksis)”. Tidak lupa pula shalawat beserta salam penulis ucapkan kepada baginda
besar Muhammad Saw yang telah membawa penulis dari zaman kebodohan ke
zaman
penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Keberhasilan penulis
dalam menyelesaikan tugas ini tidak lepas
dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ermawati. S, S.Pd., M.A; selaku dosen pembimbing
mata kuliah Pragmatik yang dengan semangat dan sabar telah mendidik
para mahasiswa terutama kepada penulis yang masih awam dan haus dengan ilmu
pengetahuan.
2. Pihak-pihak lain yang membantu sehingga
dapat diselesaikannya tugas ini.
Penulis
telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini. Namun, jika
terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala kerendahan hati penulis
menerima saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
Pekanbaru, Juni 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar......................................................................................................
i
Daftar
isi................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang.................................................................................................
1
1.2
Rumusan masalah............................................................................................
2
1.3
Tujuan penulisan..............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Frasa ............................................................................................................... 3
2.2 Frasa Nominal.................................................................................................
4
2.3 Pembahasan..................................................................................................... 4
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan..........................................................................................................
13
3.2
Saran................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi baik secara lisan maupun
tulisan. Fungsi bahasa baik secara lisan maupun tulisan dalam kehidupan
sehari-hari digunakan seseorang untuk menyampaikan isi pikirannya kepada orang
lain. Fungsi bahasa lisan digunakan untuk menyampaikan informasi melalui alat
ucap manusia secara langsung, sedangkan fungsi bahasa tulis digunakan untuk
menyampaikan informasi melalui tulisan.
Kita mengenal negara Indonesia mempunyai kaya bahasa
yang salah satunya bahasa daerah yaitu bahasa Banjar Samarinda. Bahasa ini
digunakan oleh penduduk asli Samarinda. Penggunaannya sering dilakukan dalam kegiatan
pergaulan antarsuku maupun kegiatan-kegiatan yang lainnya. Bahasa Banjar yang
digunakan ini merupakan bahasa yang telah lama setelah perpindahan sekelompok
penduduk dari Kalimantan Selatan.
Bahasa
yang digunakan oleh setiap penduduk setiap daerah, pada umumnya memiliki ciri
khas masing-masing. Ciri khas inilah yang membedakan suatu bahasa daerah dengan
bahasa daerah yang lain. Ciri khas tersebut pada khususnya terdapat pada kata
atau kelompok kata yang digunakan.
Bahasa
Banjar Samarinda secara ciri khas pada kata atau kelompok kata memungkinkan
terdapat sesuatu yang lain dibandingkan dengan bahasa daerah yang lain.
Misalnya, pada kelompok kata seperti frasa. Frasa dalam bahasa Banjar Samarinda
meliputi bentuk seperti, Frasa Nominal, Frasa Verbal, Frasa Adjektifal, dan
Frasa Numeralia.
Sesuai
dengan penjelasan Undang-undang Dasar 1945 Bab XV pada pasal 38 dituliskan
bahwa di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh
rakyatnya dengan baik, bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh
Negara. Sebab, bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan
Indonesia yang hidup.
Berdasarkan
uraian di atas, perlulah kiranya mengkaji ciri khas bahasa Banjar Samarinda
utamanya pada kajian bentuk frasa. Selanjutnya, frasa yang akan dikaji adalah
bentuk frasa nominal
dalam bahasa Banjar Samarinda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan
terdahulu maka dapatlah diformulasikan atau dirumuskan masalah ini sebagai
berikut.
Bagaimanakan struktur frasa nomina dalam bahasa Banjar
Samarinda?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur
frasa nomina dalam bahasa Banjar Samarinda
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Frasa
Sebelum memaparkan bentuk-bentuk frasa
nominal dalam bahasa Banjar Samarinda, terlebih dahulu diutarakan beberapa
pengertian Frasa. Hal ini, sebagai alas an berfikir untuk mengkaji
bentuk-bentuk Frasa Nominal bahasa Banjar Samarinda.
Menurut Elson dan Piccet, Frasa adalah ,
“ a unit composed, potentially,of two or
more words, but which does not have the characteristic of a clause, and which
typically, but not always, fill slots on the clase” (1964:64). Konsep teori
ini secara singkat dapat dikatakan bahwa frasa adalah satu unit yang terdiri
atas dua atau lebih kata, tetapi bukan klausa, yang mengisi slot klausa. Dengan
demikian, dapat pula dikatakan bahwa frasa adalah konstruksi kebahasaan yang
terdiri atas dua kata lebih yang belum merupakan kalimat dan masing-masing
unsurnya tidak berfungsi sebagai subjek dan prediket. Atau, frasa adalah satuan
bentuk bahasa yang tidak melebihi batas fungsi subjek dan predikat.
Ramlan juga mengemukakan hal yang serupa
tentang frasa, yaitu frasa mempunyai dua sifat: (1) frasa merupakan satuan
gramatik yang terdiri dua kata atau lebih; (2) frasa merupakan satuan tidak
melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya tidak melebihi batas satu fungsi
unsur klausa yaitu S, P, O, Pel, atau Ket. (Ramlan,1981)
Berdasarkan uraian tentang frasa,
dapatlah disimpulkan bahwa frasa adalah unsur klausa yang terdiri dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi yaitu subjek dan predikat. Atau dengan
arti lain, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
yang tidak melebihi batas unsur klausa subjek dan predikat.
2.2
Frasa
Nominal
Frasa Nominal adalah frasa dengan nomina
sebagai intinya (induknya). Jadi, frasa ini adalah frasa yang memiliki
distribusi yang sama dengan nomina atau frasa yang intinya adalah nomina. Atau
dasar konsep teori ini, penulis mengkaji bagaimana sesungguhnya bentuk frasa
nominal bahasa Banjar Samarinda.
2.3
Pembahasan
Frasa nominal dalam bahasa Banjar
Samarinda terdiri atas beberapa bentuk. Bentuk-bentuk frasa nomina yang berupa
nomina sebagai unsur inti diikuti nomina, adjektifa, verba, numeralia,
adverbial, frasa posposional, dan pronominal (penunjuk) sebagai pewatasnya
(atribut).
Uraian mengenai Frasa Nominal dalam
bahasa Banjar Samarinda, seperti tampak pada uraian berikut ini.
1.
Frasa
Nominal dengan Pewatas Nomina
Frasa nomina dengan
pewatas nomina adalah frasa yang terdiri atas nomina sebagai unsur inti dengan
pewatas nomina (atribut). Frasa ini dalam bahasa Banjar Samarinda terdapat
beberapa jenis, sebagai berikut:
a. Frasa
nomina dengan pewatas nomina yang menyatakan milik
Frasa ini terdiri atas
unsur inti yang berupa nomina dengan pewatas nomina yang menyatakan milik.
Berikut ini uraian struktur frasa yang dimaksud.
N + N (inti) (pewatas yang menyatak milik)
Contoh:
(1) Salawar
adding
N N
“Celana adik”
(2) Batis ayam
N N
“kaki
ayam”
(3) Sapida ulun
N N
“sepeda saya”
(4) Ruma dingsanak
N N
“rumah dingsanak”
b. Frasa
nominal dengan pewatas nomina yang menyatakan bagian
Frasa ini adalah frasa
yang terdiri atas unsur inti berupa nomina dengan pewatas nomina menyatakan
bagian dari unsur intinya. Struktur frasa tersebut, seperti pada uraian berikut
ini.
N + N (inti) (pewatas yang menyatakan bagian)
Contoh:
(1) Lawang
ruma
N N
“pintu rumah”
(2) Batis mija
N N
“kaki meja”
(3) Bulu
batis
N N
“bulu kaki”
(4) Telapak
tangan
N N
“telapak tangan”
c. Frasa
nominal dengan pewatas nomina yang menyatakan terbuat dari atau bahan asal
Frasa ini terdiri atas
unsur inti berupa nomina dengan pewatas nomina yang menyatakan terbuat dari
atau bahan asal unsur inti frasa tersebut. Selanjutnya, bentuk struktur
frasanya seperti uraian berikut ini.
N + N (inti) (pewatas yang menyatak terbuat dari atau
bahan asal)
Contoh:
(1) Lading
basi
N N
“pisau besi”
(2) Mija
kayu
N N
“meja kayu”
(3) Piring
kaca
N N
“piring kaca”
(4) Atap sing
N N
“atap seng”
d. Frasa
nominal dengan pewatas nomina yang menyatakan apositif
Frasa ini terdiri atas
unsur inti berupa nomina dengan pewatas nomina yang menyatakan apositif.
Struktur frasa tersebut adalah sebagai berikut.
N + N (inti) (pewatas
yang menyatakan apositif)
Contoh:
(1) Abah ulun
N N
“bapak saya”
(2) Bini
ulun
N N
“isti saya”
(3) Dingsanak
ikam
N N
“keluarga kamu”
2.
Pewatas
Nominal dengan Pewatas Adjektiva
Frasa
nominal dengan pewatas adjektiva ini adalah frasa yang terdiri atas nomina
sebagai unsur inti dengan pewatas adjektiva. Adapun bentuk struktur frasa ini,
seperti tampak pada uraian berikut ini.
N + Adj.
(inti) (pewatas)
Contoh:
(1) Bini
anum
N Adj.
“istri muda”
(2) Sepatu
lawas
N Adj.
“sepatu lama”
(3) Baju
Hanyar
N Adj.
“baju baru”
(4) Ading
garing
N Adj.
“adik sakit”
Frasa
ini dapat juga berbentuk nomina diikuti konjungsi nang “yang” dengan pewatas nomina. Struktur frasa ini, seperti
tampak pada uraian berikut ini.
N + nang + Adj.
(inti) (konjungsi) (pewatas)
Contoh:
(1) Lading
nang handap
N (Konj.) Adj.
“ baju yang pendek”
(2) Baju
nang habang
N (Konj.) Adj.
“ baju yang merah”
(3) Ruma
nang ganal
N (Konj.) Adj.
“rumah yang besar”
(4) Bini nang bungas
N (Konj.) Adj.
“istri yang cantik”
3.
Frasa
Nominal dengan Pewatas Verba
Frasa ini terdiri atas
unsur inti yang berupa nomina dengan verba sebagai pewatasnya. Berikut ini
uraian tentang struktur frasa nominal dengan pewatas verba.
N + V
(inti) (pewatas)
Contoh:
(1) Puhun
rabah
N V
“pohon rebah”
(2) Iwak
tarbang
N V
“ikan terbang”
4.
Frasa
Nominal dengan Pewatas Numeralia
Frasa nominal dengan
pewatas numeralia adalah frasa yang terdiri atas unsur inti berupa nomina
dengan numeralia sebagai pewatasnya. Penjelasan tentang frasa ini dapat dilihat
pada uraian berikut.
N + Num.
(inti) (pewatas)
Contoh:
(1) Anak
kalimia
N Num.
“anak kelima”
(2) Bini
kadua
N Num.
“istri kedua”
5.
Frasa
Nomina dengan Pewatas Adverbial
Yang
dimaksud frasa nominal dengan pewatas adverbial adalah frasa yang terdiri atas
unsur inti berupa nomina dengan adverbial sebagai pewatasnya. Struktur frasa
ini dapat dilihat pada uraian berikut ini.
N + Adv.
(inti) (pewatas)
Contoh:
(1) Gawian
kemaren
N Adv.
“pekerjaan kemarin”
(2) Tapasan
hambatan tadi
N Adv.
“cucian pagi tadi”
6.
Frasa
Nominal dengan Pewatas Frasa Preposisional
Frasa
ini adalah frasa yang terdiri atas unsur inti berupa nomina dengan pewatas frasa
preposisional. Struktur dari frasa ini seperti pada uraian berikut ini.
N + F pos.
(inti) (pewatas)
Contoh:
(1) Beras mantan Melak
N Fpos.
“ beras dari Melak”
(2) Wadai
kasan ading
N F pos.
“kue untuk adik”
(3) Bis ka Balikpapan
N F pos.
“bis menuju Balikpapan”
7.
Frasa
Nominal dengan Pewatas Pronominal (kata ganti penunjuk)
Frasa
ini adalah frasa yang terdiri atas unsur inti berupa nomina dengan pewatas
pronominal (kata ganti penunjuk) sebagai pewatasnya. Adapun struktur dari frasa
ini seperti uraian berikut ini.
N + Pron.
(kata ganti penunjuk)
(inti) (pewatas)
Contoh:
(1) Sidin
itu
N Pron.
“orang tua itu”
(2) Jukung
ini
N Pron.
“perahu ini”
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan
uraian pembahasan tentang frasa nominal dalam bahasa Banjar Samarinda, dapat
disimpulkan bahwa frasa nominal yang terdapat di dalam bahasa Banjar Samarinda
dapat berbentuk:
1. Frasa
nominal dengan pewatas nomina, yaitu N/nomina (sebagai unsur inti) diikuti
N/nomina (sebagai pewatasnya);
2. Frasa
nominal dengan frasa adjectival, yaitu N/nomina (sebagai unsur inti) diikuti
Adj/Adjektiva (sebagai pewatasnya);
3. Frasa
nominal dengan pewatas verba, yaitu N/nominal (sebagai unsur inti) diikuti
V/verba (sebagai pewatasnya);
4. Frasa
nominal dengan pewatas numeralia, yaitu N/nomina (sebagai unsur inti) diikuti
num/numeralia (sebagai pewatasnya);
5. Frasa
nominal dengan pewatas, yaitu N/nomina (sebagai unsur inti) diikuti
Adv/adverbial (sebagai pewatasnya);
6. Frasa
nominal dengan pewatas frasa posposisional, yaitu N/nomina (sebagai unsur inti)
diikuti F pos/ frasa posposisional (sebagai pewatasnya);
7. Frasa
nominal dengan pewatas pronominal (kata ganti penunjuk), yaitu N/nomina(sebagai
unsur inti) diikuti Pron/pronominal/kata ganti penunjuk (sebagai pewatasnya).
33.2 Saran
Saran penulis terhadap
pembaca adalah sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai banyak bahasa
daerah, sebaiknya kita mampu mengenal dan memahami bahasa daerah yang kita
punya yang salah satunya bahasa Banjar Samarinda karena dalam bahasa tersebut
kita dapat memperoleh pengetahuan tentang struktur bahasa Banjar Samarinda yang
berbeda dengan bahasa daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Permana, Diyah. 2010. “Frasa
Nominal dalam Bahasa Banjar Samarinda (Suatu Kajian Konseptual
Morfosintaksis)”. Jurnal Ilmu Bahasa,
(online), (http: //www. KaryaIlmiah. Polnes. ac. Id, diakses 1 Maret 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar